Rabu, 06 Januari 2016

Cara Membuat Soto Daging Santan Resep Khas Betawi
Resep Soto Daging Sapi Kuah Santan - Soto Betawi asli tidak hanya mudah ditemui di Jakarta, karena kelezatannya membuat soto yang khas ini sangat tenar di berbagai daerah nusantara, bahkan kepopulerannya juga sampai ke luar negeri. Kuah soto yang gurih dan bumbu soto betawi yang kaya rempah ini terkadang menggunakan susu segar atau memakai santan, serta bisa juga perpaduannya. Sedangkan daging sapi beserta jeroan sapi merupakan salah satu bahan utama yang biasa digunakan.

Kita juga dapat memberikan variasi dalam cara membuat soto betawi yang memiliki cita rasa sangat enak ini menjadi menu spesial di rumah, seperti kuah tanpa susu maupun bahan utamanya yang tanpa jeroan. Cara membuat soto daging santan khas betawi kali ini menggunakan daging sapi beserta babat sebagai kombinasi bahan utamanya.

Bahan dan Bumbu :
  • 250 gram daging sapi
  • 250 gram babat sapi
  • 1200 ml santan dari 1 butir kelapa parut
  • 600 ml air kaldu dari rebusan daging sapi
  • 2 lembar daun jeruk
  • 3 lembar daun salam
  • 2 batang serai digeprek
  • 4 cm lengkuas digeprek
  • 3 cm jahe digeprek
  • 1 buah bunga lawang (pekak)
  • 4 cm kayu manis
  • 2 butir cengkeh
  • 2 buah kapulaga
  • 2 sdt garam
  • 1 sdt merica/ lada bubuk
  • 1 sdt gula pasir
  • 1/2 sdt kaldu bubuk atau penyedap (optional)
  • minyak untuk menumis
Bahan Bumbu Soto Betawi
Haluskan :
  • 8 butir bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 1 sdm ketumbar
  • 1/2 sdt jinten
Pelengkap penyajian :
  • 300 gram kentang dikupas dan potong-potong memanjang, cuci bersih lalu goreng hingga matang
  • 2 buah tomat dipotong-potong
  • 1 batang daun bawang dipotong-potong serong
  • 3 batang seledri dipotong-potong
  • emping melinjo
  • kecap manis bila suka
  • sambal
  • bawang goreng untuk taburan
Cara Membuat Soto Betawi Daging Sapi Santan
  1. Rebus daging sapi dengan 1 liter air sekitar 1 jam, angkat dan tiriskan daging lalu potong-potong sesuai selera. Sisihkan 600 ml air rebusan daging tersebut untuk kuah kaldunya.
  2. Cuci bersih babat sapi lalu rebus dengan air secukupnya, buang air rebusan lalu sikat atau kerik babat sambil dicuci dengan air keran atau air mengalir hingga bersih. Rebus lagi dengan air secukupnya dan 1 lembar daun salam hingga babat empuk, angkat dan potong-potong.
  3. Panaskan sedikit minyak dalam wajan, tumis hingga harum bumbu halus, daun jeruk, 2 lembar daun salam, serai, jahe, dan lengkuas. Selanjutnya masukkan 600 ml air kaldu, bunga lawang, cengkeh, kayu manis, dan kapulaga.
  4. Aduk-aduk rata kemudian masukkan potongan daging sapi dan babat, masak hingga lebih empuk dan menyerap bumbu. Tuang santan dan aduk terus agar santan tidak pecah, setelah mendidih beri garam, gula, merica dan penyedap. Masak sambil aduk sesekali hingga semuanya matang, angkat dan siap untuk disajikan.
  5. Siapkan mangkuk, masukkan kentang goreng, potongan tomat, daun seledri dan daun bawang. Sirami dengan kuah berisi daging dan babat, taburi bawang goreng dan sajikan dengan aneka pelengkap lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4zgoKkY5esDyGDfXmhp5tz0W8H2jEgsRJx2wm9317hpr6CTdO8i4DPQj5mF-OAprw6GVcNt84Pt9Yp5U6XEz5h_pAP7azclFEO7kSUzDjr31IvLdzT01usqHnjVk1bBWsqpHQX6G4AIU/s1600/Photo0783.jpg" />

Followers

Hadith Prophet Muhammad

It is narrated on the authority of Amirul Mu’minin, Abu Hafs ‘Umar bin al-Khattab, radiyallahu ‘anhu, who said: I heard the Messenger of Allah, sallallahu ‘alayhi wasallam, say: “Actions are (judged) by motives (niyyah) , so each man will have what he intended. Thus, he whose migration (hijrah) was to Allah and His Messenger, his migration is to Allah and His Messenger; but he whose migration was for some worldly thing he might gain, or for a wife he might marry, his migration is to that for which he migrated.” [Al-Bukhari & Muslim]

Abu Hamzah Anas bin Malik, radiyallahu ‘anhu, who was the servant of the Messenger of Allah, sallallahu ‘alayhi wasallam, reported that the Prophet, sallallahu ‘alayhi wasallam, said: “None of you truly believes (in Allah and in His religion) until he loves for his brother what he loves for himself.” [Al-Bukhari & Muslim]

About History

The urgent of reading history is that we become aware of his past life, progress and destruction of a nation, understand the wisdom behind the nation's history, feel the love, angry, sad, all within the scope of history. Because history is an art. Art is beauty. So people who do not know history, its own history, at least then he would not know the beauty of the wheel of life that applies to every person.

Blog Archives

google7580a3e780103fb4.html

Popular Posts

Our Blogs