Rabu, 04 November 2015

Cara Membuat Pindang Tulang Palembang Resep Khas
Resep pindang tulang iga enak khas Palembang. Apabila ingin menikmati ragam kuliner asli Sumatera Selatan, sebaiknya jangan terlewat pada aneka menu pindangnya. Di daerah ini sangat populer akan bermacam-macam masakan berkuah kaya rempah yang dikenal dengan sebutan pindang yang di setiap daerah memiliki karakternya tersendiri.

Pindang palembang, pindang tulang meranjat, musi rawas dan pegagan merupakan beberapa yang populer di antaranya. Tulang iga sapi merupakan variasi bahan yang biasa digunakan karena dapat menghasilkan kuah kaldu yang gurih serta serta sensasi menggerogoti daging yang masih menempel di sela-sela tulang.

Pindang iga berkuah gurih berkaldu serta bercita rasa asam pedas sangat segar untuk diseruput serta dihidangkan bersama nasi putih hangat. Rasa pedas bersumber dari penggunaan cabe rawit utuh sehingga bisa juga dinikmati oleh anak-anak dengan memilah cabenya, walaupun juga bisa diiris-iris tipis. Sedangkan untuk variasi lainnya, nanas juga dapat dipakai sebagai pilihan untuk rasa asam manis yang segar.

Persiapan Bahan dan Bumbu Pindang Tulang Iga
  • 1 kg tulang iga sapi direbus hingga cukup empuk
  • 3 lembar daun salam
  • 2 batang daun bawang dipotong-potong 2 cm
  • 2 batang serai digeprek atau memarkan
  • 3 cm lengkuas digeprek
  • 3 cm jahe digeprek
  • 1 buah tomat dipotong 6 bagian
  • 1 sdm kecap asin
  • 4 sdm kecap manis
  • 3 sdm air asam jawa atau potongan buah nanas secukupnya
  • 1 sdm garam
  • 1 sdm gula merah
  • 10 buah cabe rawit merah utuh
  • 2 sdm minyak sayur untuk menumis
  • 2 liter air untuk kuah (bisa dicampur dengan sisa rebusan tulang)
Bumbu yang ditumbuk kasar :
  • 1 sdt merica butiran
  • 4 butir bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 4 buah cabe merah besar
  • 2 cm kunyit
Cara Membuat Pindang Tulang Palembang
  1. Tumis bumbu yang ditumbuk kasar beserta serai, daun salam, dan jahe hingga harum dan matang lalu sisihkan.
  2. Didihkan 2 liter air, masukkan tulang iga yang sudah direbus sebelumnya dan bumbu yang sudah ditumis tadi. Aduk-aduk dan masak hingga mendidih kembali.
  3. Masukkan kecap asin, kecap manis, air asam jawa, garam, gula merah, dan cabe rawit. Aduk rata dan selanjutnya masak hingga matang serta daging iga empuk, matikan api.
  4. Masukkan potongan daun bawang dan tomat, biarkan sebentar lalu siap untuk disajikan.
Tulang iga cukup mudah didapat, baik di pasar-pasar tradisional maupun di pasar modern. Apabila membeli di pasar tradisional, minta tulang iga yang bagus atau cukup banyak dagingnya dan sebaiknya datang pagi-pagi sekali karena masih banyak pilihan.

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.
    src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4zgoKkY5esDyGDfXmhp5tz0W8H2jEgsRJx2wm9317hpr6CTdO8i4DPQj5mF-OAprw6GVcNt84Pt9Yp5U6XEz5h_pAP7azclFEO7kSUzDjr31IvLdzT01usqHnjVk1bBWsqpHQX6G4AIU/s1600/Photo0783.jpg" />

    Followers

    Hadith Prophet Muhammad

    It is narrated on the authority of Amirul Mu’minin, Abu Hafs ‘Umar bin al-Khattab, radiyallahu ‘anhu, who said: I heard the Messenger of Allah, sallallahu ‘alayhi wasallam, say: “Actions are (judged) by motives (niyyah) , so each man will have what he intended. Thus, he whose migration (hijrah) was to Allah and His Messenger, his migration is to Allah and His Messenger; but he whose migration was for some worldly thing he might gain, or for a wife he might marry, his migration is to that for which he migrated.” [Al-Bukhari & Muslim]

    Abu Hamzah Anas bin Malik, radiyallahu ‘anhu, who was the servant of the Messenger of Allah, sallallahu ‘alayhi wasallam, reported that the Prophet, sallallahu ‘alayhi wasallam, said: “None of you truly believes (in Allah and in His religion) until he loves for his brother what he loves for himself.” [Al-Bukhari & Muslim]

    About History

    The urgent of reading history is that we become aware of his past life, progress and destruction of a nation, understand the wisdom behind the nation's history, feel the love, angry, sad, all within the scope of history. Because history is an art. Art is beauty. So people who do not know history, its own history, at least then he would not know the beauty of the wheel of life that applies to every person.

    Blog Archives

    google7580a3e780103fb4.html

    Popular Posts

    Our Blogs